Home » » Ukuran Dalam Bangunan Melayu

Ukuran Dalam Bangunan Melayu



Ukuran bangunan juga dipercaya dapat menentukan baik tidaknya sebuah rumah. Secara tradisional patokan untuk mengukur adalah ukuran bagian tubuh si pemilik, seperti tinggi hasta, serta ukuran berdasarkan banyaknya kasau dan gelepar. Tinggi bangunan yang paling baik adalah sepemikulan atau setinggi bahu karena ini berarti beban hidup akan dapat dipikul sepenuhnya oleh si pemilik. Tentang hal ini ungkapan lama menyebutkan,
Tinggi rumah sepemikulan
Terpikul bendul nan empat
Terpikul ladang bertumpuk
Tak bertingkat tungku di dapur
Tak tersingkap kain di pinggang

Jika tinggi bangunan itu sejunjungan, yaitu setinggi puncak kepala si pemilik, hal itu juga berarti baik.
Tinggi rumah sejunjungan
Terjunjung adat dengan lembaga
Terjunjung harta dengan pusaka
Terjunjung pintak dengan bagi
Terjunjung ico dengan pakaian

Jika tinggi bangunan itu sepenjangkauan, itu juga berarti baik karena dipercaya si pemilik akan dapat menjangkau segala keperluan rumah tangganya serta mencapai cita-cita.
Tinggi rumah sepenjangkauan
Tergapai kasau dengan alang
Teraih padi dalam petak
Tertutup baju di dada
Tercapai ucap dengan pinta

Jika tinggi bangunan itu sepenyangup, yaitu setinggi mulut, itu berarti tidak baik, karena menurut kepercayaan si pemilik akan menjadi rakus, kikir, serta bertengkar dengan tetangga di sekitar.
Tinggi rumah sepenyangup,
langau lalat dimakannya,
berlapis kancing pintunya,
duduknya di atas-atas,

cakap tengking-menengking,
tak lawan musuh dicari.

Jika tinggi bangunan itu selutut, berarti sangat tidak baik, karena si pemilik dianggap tidak tahu adat serta akan berada dalam kemiskinan.
Kalau rumah tinggi selutut
Tak beradat pintu rumah
Tak beradat tangga rumah
Berbeliung tak berpoda
Berparang tidak berasah
Ke hulu pinta-meminta
Ke hilir kata-mengata

Untuk ukuran tinggi bangunan digunakan ukuran tinggi badan pria (suami), sedang untuk ukuran besar bangunan diutamakan menggunakan ukuran tangan wanita (istri). Untuk mengukur besar rumah yang tepat dipakai seutas tali. Hasta pertama disebut ular berang yang berarti tidak baik, karena bangunan yang ukurannya jatuh pada hasta pertama ini akan mengakibatkan sengketa. Hasta kedua disebut meniti riak, juga berarti tidak baik, karena dipercaya akan membuat penghuninya menjadi sombong. Hasta ketiga disebut riak meniti kumbang berteduh, yang berarti baik sekali, karena dapat membuat penghuninya mendapat ketenteraman, kebahagiaan, rezeki melimpah, serta menjadi tempat bernaung keluarga dan masyarakat sekitarnya. Hasta keempat disebut habis hutang berganti hutang yang berarti tidak baik, karena akan membuat penghuninya miskin akibat berhutang. Hasta kelima disebut hutang lalu tidak terimbuh yang berarti tidak baik, karena menurut kepercayaan penghuni bangunan seukuran itu akan bertambah miskin bila mendiaminya.

Ada cara mengukur yang disebut bilang kasau yang juga diserahkan kepada wanita (istri). Ukurannya disebut setulang, yakni sepanjang ujung siku hingga ke ujung buku jari tergenggam. Tulang pertama disebut kasau yang berarti baik, karena membawa kebahagiaan lahir dan batin. Tulang kedua disebut risau yang berarti akan mendatangkan malapetaka. Tulang ketiga disebut rebe yang berarti selalu diancam oleh bahaya dan melarat. Tulang keempat disebut api yang berarti sering terjadi perselisihan, pertengkaran, dan mungkin sekali rumah itu terbakar.

Cara mengukur bilang gelegar sama dengan kasau. Tulang pertama disebut gelegar yang artinya baik sekali, karena ukuran ini membawa kesejahteraan dan kebahagiaan. Tulang kedua disebut geligi, artinya tidak baik karena penghuni bangunan akan selalu sakit, mendapat sial, dan susah. Tulang ketiga disebut ubur, artinya tidak baik karena mendatangkan kesusahan dan kemelaratan. Tulang keempat disebut bangkai, yang berarti sangat tidak baik karena membawa malapetaka dan bahaya maut bagi penghuninya.
Jika Anda menyukai Artikel di blog ini, Silahkan klik disini untuk berlangganan gratis via email, dengan begitu Anda akan mendapat kiriman artikel setiap ada artikel yang terbit di Putri Pakning

0 komentar:

Posting Komentar

 
My Blog : Boedak Begajol | Budaya Bangsa | Hacker Pakning
Copyright © 2011. Melayu Tolen - All Rights Reserved