Home » » Memilih Letak Bangunan Melayu Riau

Memilih Letak Bangunan Melayu Riau




Tempat-tempat yang baik untuk mendirikan bangunan menurut tradisi Melayu Riau adalah:  
pertama, tanah liat yang berwarna kuning dan hitam. Rumah di atas tanah ini diyakini akan membuat penghuninya tidak diserang penyakit jerih, pitani, dan sawan babi, sebagaimana dikatakan dalam sebuah ungkapan,
Tegak pada tanah liat
Liat nyawa di badan
Serit jerih menimpa
Yang kuning penolak pening
Yang hitam penawar pitam
Penawar sawan babi

Kedua, tanah yang datar. Rumah yang didirikan di sini dipercayai akan membuat penghuni bangunan selalu tenang hidupnya dan disenangi dalam pergaulan, sebagaimana dinyatakan dalam sebuah ungkapan lama,
Datar tanah perumahan
Datar pula halamannya
Tak ada batang melintang
Tak ada onak menjemba

Ketiga, tanah yang miring ke belakang. Rumah di sini dipercayai akan membuat penghuninya tidak kekurangan rezeki, seperti dinyatakan dalam ungkapan,
Miring tanah ke penanggah
Tanda tungku kan menyala
Tanda puntung kan berasap
Tanda periuk kan berisi
Kalau curam ke halaman

Yang datang menggolek pergi
Tak terhempang dek pengkelang
Tak tersangkut dek tangga turun
Sumpit kempis, langau tak hinggap

Keempat, tanah belukar. Rumah yang dibangun di sini dipercayai akan membuat penghuni mendapat rezeki yang halal, bebas dari gangguan hantu dan makhluk halus lain, seperti dinyatakan dalam ungkapan,
Terkena pada tanah belukar
Kok codingnya bernas-bernas
Tak menjelau jin pelesit
Tak menyonggol jembalang tanah

Kelima, tanah yang dekat dengan sumber air. Menurut kepercayaan, rumah di atas tanah ini akan membuat penghuninya mendapat rezeki melimpah, seperti dinyatakan dalam ungkapan,
Dekat telaga di bawah bukit
Dekat suak anak sungai
Dekat segala ucap pinta

Kalau labu berisi penuh
Kalau petak acap-acapan
Makan tak termakan-makan
Minum tak terminum-minum

Tempat yang tidak terlalu baik dan tidak terlalu buruk untuk mendirikan bangunan menurut tradisi Melayu Riau antara lain adalah:  
pertama, tanah dusun atau kebun yang belum ada tanaman tua atau tanaman keras. Menurut kepercayaan Melayu, penghuni bangunan di sini tidak akan melarat hidupnya, tetapi rezekinya juga tidak melimpah. Ini dinyatakan dalam ungkapan lama,
Tanah ladang berbelukar
Belukar turun ke purun
Purun singgah ke tanah dusun
Terkena ke tanah dusun
Yang tak berdurian bercempedak
Tidak bermacang bermempelam
Tidak bermanggis berbuah rambai
Dapat pagi makan pagi
Bersua malam makan malam
Tapi tidak gadai menggadai
Tidak pula dibelit hutang
Tidak berjuak dan berjurai

Kedua, tanah bercampur pasir. Orang Melayu percaya bahwa penghuni di sini akan terhindar dari penyakit sampar, seperti diterangkan dalam ungkapan,
Berserak pasir di perumahan
Kisik-berkisik di halaman
Tak kan singgah jembalang tanah
Tak kan hinggap awe sampar

Ketiga, tanah bekas perumahan lama. Rumah di lahan ini dipercaya akan membuat penghuninya mendapat nasib seperti pemilik bangunan lama, seperti ungkapan,
Mengunut jejak mengulang langkah
Kalau unut di bawah betis
Kalau jejak di bawah tapak

Keempat, tanah terbuang atau terlantar. Menurut kepercayaan mereka penghuni rumah di sini akan berhasil dalam hidup jika kesialan tanah tersebut dibuang.
Tempat yang dipantangkan untuk mendirikan bangunan antara lain adalah: 
satu, tanah gambut. Penghuni bangunan di atas tanah ini diyakini akan menderita penyakit tulang, seperti tersebut dalam ungkapan lama,
Kalau gambut tiang rumah
Kok tegak tak berdiri
Kok cangkung tak terlipat
Kok duduk tak tersila
Ngilu tulang yang kan tiba

dua, tanah kuburan. Menurut kepercayaan orang Melayu penghuni di atas lahan ini akan diganggu oleh hantu atau diserang berbagai penyakit, sebagaimana disebutkan dalam ungkapan,
Berumah di atas kubur
Kok hantunya silau bersilau
Penyakit ulang-berulang
Betah pagi petang tiba
Betah petang pagi berbalik

tiga, tanah bekas orang mati berdarah. Rumah di atas tanah semacam ini dipercayai akan membuat penghuninya mendapat celaka dan diganggu oleh hantu orang yang mati di situ, seperti dikatakan,
Berumah di atas tanah berani
Bagai menghimbau musuh tiba
Bagai mengimak bala datang

empat, tanah bekas orang yang mati karena penyakit sampar. Penghuni bangunan di atas tanah ini dipercaya akan mendapat nasib yang sama, seperti dinyatakan dalam ungkapan,
Berumah di tanah Awe Gilo
Bagai menghimbau induk awe
Bagai mengimak jembalang awe

lima, tanah “tahi burung”, yaitu tanah berlekuk-lekuk. Menurut kepercayaan orang Melayu penghuni rumah di atas tanah seperti ini akan mendapat penyakit bubul, sebagaimana dinyatakan
Tanah lekuk-berlekuk
Tanah bernama tahi burung
Dibuat ladang padinya kerit
Dibuat kebun batang meranggas
Dibuat rumah sakit bubul
Dibuat gelanggang mematahkan
Dibuat tepian tak berair

enam, tanah berbusut dan beranai-anai. Orang Melayu percaya bahwa penghuni rumah di atas tanah ini akan melarat, seperti diungkapkan dalam pantun,
Tanah berbusut beranai-anai
Busutnya penyemput bala
Anai-anai penyemput hutang
Tak kering kain di pinggang
Tak bersiang tak bermalam

tujuh, tanah wakaf. Penghuni rumah di atas tanah ini dipercayai akan ditimpa kutukan, sebagaimana diungkapkan,
Membuat rumah di tanah wakaf
Kepala menjunjung bala
Bahu memikul siksa

lapan, “lidah tanah”, yaitu tanah yang berbusut panjang. Penghuni bangunan di atas tanah ini diyakini tak akan tetap mendiami rumahnya, sebagaimana dinyatakan dalam ungkapan,
Busut panjang lidah tanah
Tak menahan gelegar rumah
Tak memapan lantai tengah
Kekalnya sehari dua
Ketiga mati ditimpa alang
Keempat terbuang ke laut luas
Jika Anda menyukai Artikel di blog ini, Silahkan klik disini untuk berlangganan gratis via email, dengan begitu Anda akan mendapat kiriman artikel setiap ada artikel yang terbit di Putri Pakning

0 komentar:

Posting Komentar

 
My Blog : Boedak Begajol | Budaya Bangsa | Hacker Pakning
Copyright © 2011. Melayu Tolen - All Rights Reserved