Wilayah
Riau dialiri oleh beberapa sungai besar, diantaranya Sungai Indragiri,
Kampar, Rokan, dan Gangsal. Sungai-sungai ini memiliki nilai historis,
karena di sepanjang alirannya, telah berdiri kerajaan-kerajaan yang
menamakan dirinya sesuai nama sungai tersebut. Di
aliran sungai Indragiri, berdiri Kerajaan Indragiri, sementara di
aliran Sungai Siak, berdiri Kerajaan Siak-Gassib, atau Gassib.
Kerajaan
Gassib ini berdiri dari abad ke-14 hingga abad ke-15. Ibukota atau
pusat kerajaannya adalah di Gassib, di tepi sebuah anak sungai yang
bernama Gassib pula. Tempat ini berada di hulu Kuala Mandau sekarang.
1. Sejarah
Sebagaimana kerajaan tua lain di Riau, Kerajaan Gassib juga tidak meninggalkan banyak jejak sejarah. Secara
umum, periode sejarah di Gassib bisa dibagi ke dalam dua periode: era
pra Islam dan setelah Islam. Pengaruh Islam masuk ke Gassib setelah
kerajaan ini ditaklukkan oleh Malaka.
Seiring
dengan runtuhnya Malaka karena direbut oleh Portugis, maka nasib
Kerajaan Gassib juga jadi tidak menentu. Kebesaran Kerajaan Gassib
kemudian hanya tinggal cerita rakyat, bahkan sebagian menjadi cerita
takhyul. Beberapa warga, misalnya, pernah mengatakan telah melihat
peralatan istana dalam hutan belantara yang hanyut di sungai.
2. Silsilah
Belum didapat data yang lengkap mengenai silsilah para pengusasa kerajaan Gassib, apalagi pada periode Hindu-Budha. Di antara raja yang diketahui berkuasa di Gassib adalah Raja Badagai, sekitar paruh pertama abad ke-15.
3. Periode Pemerintahan
Beberapa
keturunan raja yang memerintah di Gassib tidak diketahui. Yang
diketahui bahwa Gassib mencakup dua periode. Periode pertama adalah
masa pemerintahan raja yang beragama Hindu-Budha, dan periode kedua
adalah masa pemerintahan raja yang telah memeluk agama Islam. Yang
sangat tidak jelas adalah generasi raja yang beragama Hindu-Budha.
Raja Kerajaan Siak Gassib yang masih menganut agama Hindu-Budha adalah Raja Badagai. Menurut
tarikh Cina, pada tahun 1433 Raja Badagai bersama-sama dengan
raja-raja Indragiri dan Siantan pernah meminta perlindungan ke Cina.
Jika berita dari tarikh Cina tersebut benar, mungkin sekali permintaan
perlindungan itu disebabkan oleh ekspansi Kerajaan Malaka yang mulai
meluaskan kekuasaannya dan telah memeluk agama Islam, agama yang sangat
berbeda dengan kepercayaan rakyat Gassib. Sebab lainnya, boleh jadi
karena Majapahit yang sebelumnya menjadi pelindung telah melemah,
sehingga tidak bisa lagi dijadikan patron.
Berkaitan
dengan perluasan kekuasaan Malaka yang menyebabkan Gassib mencari
perlindungan ke Cina, cerita itu tercantum dalam Sejarah Melayu yang
menceritakan bahwa, Sultan Mansyur Syah yang berkuasa di Malaka pada
tahun 1444—1477 telah menaklukkan kerajaan Hindu-Budha yang berpusat di
Gassib, Raja Permaisura kemudian ditawan. Sejak peristiwa itu, Kerajaan
Gassib berada di bawah pengaruh kerajaan Islam Malaka/Johor, dan
raja-rajanya beragama Islam, karena diangkat oleh penguasa Malaka.
Setelah
Gassib ditaklukkan Malaka, Sultan Mansyur Syah mengangkat anak Raja
Siak Gassib (Maharaja Permaisura) yang ditaklukkan itu, yang bernama
Megat Kudu, untuk memegang kekuasaan Kerajaan Gassib di bawah naungan
Kerajaan Malaka, dan ia juga diangkat menjadi
menantu Raja Malaka. Megat Kudu kemudian bergelar Sultan Ibrahim. Hal
ini menunjukkan bahwa, Megat Kudu akhirnya memeluk Islam sesuai dengan
aspirasi Malaka yang beragama Islam.
Kemudian
saat Sultan Alauddin Riayat Syah I naik tahta di Malaka (1477—1488),
maka di Kerajaan Gassib diangkatlah Raja Abdullah menggantikan ayahnya,
Sultan Ibrahim. Setelah Raja Abdullah meninggal, ia digantikan oleh
Raja Husin.
4. Wilayah Kekuasaan
Kerajaan
Siak Gassib menguasai daerah sepanjang aliran Sungai Siak, mulai dari
hulu, yaitu di Bukit Seligi Tapung dan Bukit Langa (Tapung Kanan),
hingga berbatas dengan Minangkabau (Sumatra Barat). Ini dapat
dibuktikan dari cerita rakyat yang berlangsung turun temurun di Tapung
Kanan bahwa, dari dulu rakyat di daerah ini berada di bawah kekuasaan
Kerajaan Siak Gassib.
Gassib
tidak terlalu jauh dari pantai/kuala. Sangat tidak masuk akal jika
ibukota suatu kerajaan terletak berdekatan dengan tempat yang tidak
aman karena tidak termasuk wilayah kekuasaannya. Oleh karena itu, kuala
Siak diperkirakan juga merupakan bagian dari daerah kekuasaan Kerajaan
Siak Gassib. Lagi pula, jika kuala Siak tidak mereka kuasai, mereka
tentu akan memilih ibukota di pedalaman.
5. Struktur Pemerintahan
Berkenaan dengan struktur pemerintahan, memang belum ditemukan data dan pembahasan yang rinci. Namun, karena kerajaan ini berada di ruang lingkup peradaban Melayu, apalagi setelah ditaklukkan oleh Malaka, maka besar kemungkinan struktur pemerintahan yang dipakai sama dengan kerajaan Melayu lainnya, dengan raja sebagai penguasa tertinggi.
6. Kehidupan Sosial Budaya
Dalam proses pengumpulan data.
Sumber:
- Tim Universitas Riau. 1976. Sejarah Riau. Pekanbaru: Pemda Tk.I Propinsi Riau.
- Profil Propinsi Republik Indonesia: Riau. 1992. Jakarta: Yayasan Bakti Wawasan Nusantara
0 komentar:
Posting Komentar